Membedah Buku Green Folklore Bersama Penulis Buku dan Pegiat Sastra

Jumat, 25 Agustus 2023, UB Press mengadakan bedah buku Green Folklore yang ditulis oleh Dr. Sony Sukmawan, M.Pd dan tim. Beliau adalah dosen pada departemen Pendidikan Bahasa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya yang mempunyai ketertarikan pada dunia sastra, sastra lisan, seni tradisi dan folklore.

Acara yang dilangsungkan dengan cara diskusi dalam jaringan ini, mengambil tema “Mewariskan Nilai Kearifan Lingkungan Di Tengah Ancaman Degradasi Alam”. Diskusi berjalan sangat menarik, diawali dengan penyampaian garis besar isi buku oleh penulis, kemudian dilanjutkan dengan ulasan dari kacamata pembahas terkait isi dari buku ini. Bertindak sebagai pembahas pada acara bedah buku kali ini adalah Yusri Fajar, MA, beliau adalah salah seorang pegiat sastra yang juga merupakan anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur dan juga telah beberapa kali menerbitkan karya berdasarkan pengalaman tinggal di beberapa kota di luar negeri.

Secara garis besar, buku ini membahas tentang tema-tema pluralisme dan multikulturalisme, toleransi dan integrasi, pemertahanan tradisi (lisan), pelestarian seni, dan konservasi alam. Dalam buku ini menyajikan 12 bab, pembahasan diawali dengan Sorot balik kearifan lokal dalam folklore; Sastra Lisan; Ritual dan Upacara adat Tengger; Leluhur Tengger; Perempuan dalam Folklore; Pesan Lingkungan; Sesaji Tengger; hingga Folklore Lingkungan hingga Pemanfaatannya.

Acara ini diikuti oleh 67 peserta dari berbagai elemen masyarakat, baik dari kalangan mahasiswa, karyawan, dosen/guru, dan masyarakat umum. Peserta yang hadir mempunyai antusias yang sama dengan kajian bedah buku kali ini, yaitu tentang warisan budaya yang wajib terus dijaga kelestrariannya di tengah gempuran globalisasi dan degradasi alam. Folklore adalah sebuah kebudayaan yang disebar pada sebuah daerah/kawasan dan dipraktikkan oleh sebuah kelompok secara turun temurun demi menjaga kelestariannya. Untuk menjaga kelestariannya, folklore diajarkan dalam bentuk yang mudah diterima namun saat ini sudah jarang ditemui, seperti dongeng, pantun, dan sebagainya. Masyarakat Bromo Tengger Semeru masih menjalankan ritual-ritual demi menjaga hubungan baik dengan alam, baik alam lingkungan maupun alam yang tidak terlihat. Dengan melakukan ritual, mereka meyakini akan dapat terhindar dari adanya bencana, gagal panen, dan kutukan-kutukan dalam hidup mereka.

Setelah penyampaian materi, juga ada dialog serta diskusi bersama peserta yang bergabung dalam jaringan.  Salah satu pertanyaan yang  muncul adlah terkait isu gender dalam masyarakat Tengger. Dijelaskan oleh penulis dan diyakinkan oleh pembahas jika laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Tengger mempunyai peran yang sama dalam melaksanakan peran sehari-hari maupun dalam pelaksanaan ritual adat. Hal ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Roro Anteng dan Joko Seger, salah satu cerita dalam masyarakat suku Tengger.

Buku ini adalah buku terbitan UB Press pada tahun 2018, namun masih sangat relevan untuk terus dibaca pada tahun ini atau di tahun-tahun yang akan datang, karena dalam buku ini menceritakan adat istiadat masyarakat Bromo-Tengger-Semeru dalam melestarikan budaya warisan leluhur. Namun, demikian buku ini juga akan terus berkembang sebagai bahan acuan untuk penelitian dan penulisan buku-buku selanjutnya bagi pegiat sastra yang mempunyai minat di bidang folklore. Bagi yang berminat untuk mendapatkan buku ini, bisa dibeli melalui link berikut https://bookstore.ub.ac.id/shop/bahasa-dan-sastra/green-folklore/ . (BIN)

Mungkin Anda juga menyukai